PERANAN TERNAK SEBAGAI SUMBER PANGAN HEWANI

BAB I PENDAHULUAN 

1.1. Latar Belakang
       Kekayaan alam yang ada di Indonesia bukan hanya terdapat pada sektor migas seperti minyak bumi dan barang tambang,tetap juga non migas seperti tersedianya lahan pertanian yang sangat luas. Namun semua itu belum cukup untuk memberi solusi atas permasalahan yang ada, permasalahan seperti kurang memadainya kebutuhan pangan jika kekayaan tersebut kurang diberdayakan secara optimal dan dilandasi oleh aturan dan kebijakan yang mendukung didalamnya. Salah satu permasalahan yang crusial adalah pemenuhan kebutuhan pangan terutama protein hewani.Rendahnya konsumsi protein hewani berdampak pada tingkat kecerdasan dan kualitas hidup penduduk Indonesia. Negara Malaysia yang pada tahun 1970-an mendatangkan guru-guru dari Indonesia, sekarang jauh meninggalkan Indonesia, terutama dalam kualitas sumber daya manusia (SDM) sebagaimana ditunjukkan oleh peringkat Human Development Indeks (HDI) tahun 2004 yang dikeluarkan United Nation Development Program (UNDP). Dalam periode tersebut, Indonesia berada pada peringkat ke-111, satu tingkat di atas Vietnam (112), namun jauh di bawah negara ASEAN lainnya, Singapura (peringkat 25), Malaysia (59), Thailand (76) dan Fhilipina (83).Studi menunjukkan adanya hubungan tingkat konsumsi protein hewani pada anak usia pra-sekolah. Konsumsi protein hewani yang rendah pada anak usia prasekolah dapat mengakibatkan anak-anak berbakat normal menjadi sub-normal atau bahkan defisien. Peningkatan konsumsi protein hewani dapat mengurangi frekuensi kejadian defisiensi mental. Selain untuk kecerdasan, protein hewani dibutuhkan untuk daya tahan tubuh. peranan protein hewani dalam mencegah terjadinya anemia pada orang yang menggunakan otot untuk bekerja keras. Gejala anemia tersebut dikenal dengan istilah “sport anemia”. Penyakit ini dapat dicegah dengan mengkonsumsi protein yang tinggi, dimana sebanyak 50% dari protein yang dikonsumsi harus berasal dari protein hewani. 1.2. Rumusan Permasalahan Ada beberapa masalah yang akan dibahas di makalah ini, antara lain: 1. Bagaimana konsumsi masyarakat terhadap pangan hewani di indonesia? 2. Apa manfaat pangan hewani asal ternak untuk kesehatan dan kecerdasan? 3. Apa masalah yang dihadapi peternak dalam mengembangkan usahanya? 4. Bagaimana program pemuliaan ternak untuk menunjang tercapainya produksi baik? 5. Bagaimana mewujudkan pakan hewani yang aman untuk di konsumsi? 1.3. Tujuan Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui konsumsi masyarakat Indonesia 2. Untuk mengetahui manfaat pangan hewani 3. Untuk mengatahui peternak dalam mengembangkan usahanya 4. Untuk mengatahui program pemuliaan untuk menunjang tercapainya produksi baik 5. Untuk mengetahui pakan hewani yang aman di konsumsi BAB II PEMBAHASAN 2.1. Konsumsi Masyarakat Terhadap Pangan Hewani Konsumsi produk peternakan masyarakat Indonesia masih rendah.Padahal bahwa abad ini merupakan abad petarungan talenta,yaitu abad yang penuh dengan persaingan dan pertarungan ketat dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi yang membutukkan talenta kuat. Untuk memenuhi pertarungan ini maka dibutuhkan manusia-manusia cerdas dan kuat. Hal ini bisa dipenuhi dengan konsumsi protein hewani yang memadai. Rata-rata konsumsi protein hewani baru 4,19 gram/kapital/hari. Menurut Direktorat Jendral Peternakan (2006). Rata-rata konsumsi pangan hewani daging,susu dan telur masyarakat indonesiea yaitu 4,1;1,8 dan 0,3 gram/kapital/hari. Angka konsumsi ini masih rendah bila dibandingkan dengan standar minimal konsumsi protein hewan yang ditetapkan oleh FAO,yaitu 6 gram/kapital/hari atau setara dengan 10,3 kg daging/kapital/tahun, 6,5 gram telur/kapital/hari dan 7,2 kg susu/kapital/tahun. 2.2. Manfaat Pangan Hewani Pangan hewani mempunyai kelebihan dibanding pangan nabati. Kelebihan tersebut adalah cita rasa yang lebih enak, menggugah selera makan sehingga zat gizi lain terpenuhi, mengandung protein tinggi dengan daya cerna yang lebih baik sehingga lebih mudah dicerna dan digunakan tubuh, nilai biologis mineral dan vitamin yang lebih baik sehingga lebih efisien digunakan tubuh dan mengandung asam amino esensial yang lengkap. Pangan hewani asal ternak, terutama susu, kaya akan asam amino triptofan yang penting bagi pertumbuhan, kesehatan dan pengendalian stres. Pangan hewani asal ternak juga kaya akan lemak dan kolesterol yang dalam jumlah tidak berlebihan bermanfaat bagi pertumbuhan dan kesehatan, terutama pada anak-anak dan usia muda. Apapun dalam jumlah berlebihan pasti tidak baik bagi kesehatan. Selain itu pangan hewani asal ternak juga mempunyai kelebihan dari segi kandungan vitamin yaitu mempunyai kaya kandungan vitamin B12 yang penting untuk pembentukan sel darah merah, sintesisi DNA, kenormalan fungsi syaraf dan kecerdasan, kaya akan kholin sejenis vitamin B yang berperan mengendalikan kadar kolesterol dan meningkatkan daya ingat, kaya akan vitamin B6 yang penting untuk metabolisme asam nukleat, penggunaan protein dalam pembentukan jaringan, produksi sel darah merah dan meningkatkan kekebalan tubuh. Studi observasi anak-anak yang defisiensi vitamin B12 dari ibu yang hanya mengkonsumsi pangan nabati di Belanda mengalami hambatan perkembangan motorik dan bahasa dibandingkan dengan bayi dari ibu yang mengkonsumsi pangan nabati dan hewani. Pada usia 12 tahun, anak-anak dari ibu yang makan pangan nabati mempunyai tingkat ‘methilmalonic acid’ lebih tinggi dan skor lebih rendah pada penilaian kognitif (termasuk ‘Raven’s progressive matrices’, Digit Span dan Block Design) dibandingkan anak-anak dari ibu yang mengkonsumsi pangan nabati dan hewani.Sangat ironis karena sebagian besar anak balita dan ibu hamil di Indonesia menghadapi masalah ketidakcukupan zat gizi mikro, terutama karena rendahnya konsumsi pangan hewani asal ternak. Meski pemetaan lengkap tentang masalah defisiensi vitamin B6, B12 belum ada, tetapi idikasi akan adanya masalah ini di Indonesia adalah dari jaranggnyta anak makan pangan hewani asal ternak. Hasil Survei Demografi dan Kesehatan di Indonesia tahun 1997 menunjukkan hanya setengah dari jumlah anak yang mengkonsumsi pangan hewani, bahkan semakin bertambah umur anak semakin sedikit persentase yang mengkonsumsi pangan hewani. Betapa pentingnya pangan hewani seperti daging, telur dan susu sebagai bagian makanan sehat sehari-hari perlu terus dikomunikasikan kepada semua pihak baik pengambil keputusan makanan dalam keluarga maupun pengambil keputusan dalam pengembangan produksi dan penyediaan pangan hewani tersebut. Kegiatan praktis makan dengan produk hewani perlu dikembangkan bagi kaum wanita terutama ibu hamil di Posyandu dan anak-anak di berbagai lembaga pendidikan sekolah sejak dari TK untuk membangun kesehatan dan kecerdasan bangsa yang lebih kompetitif dimasa datang. 2.3. Masalah yang di Hadapi Peternak Bisnis peternakan mempunyai peranan yang sangat signifikan terhadap perekonomian nasional, namun tidak dapat dielakkan bahwa komoditas ini sering mengalami permasalahan-permasalahan yang menghambat perkembangan bisnis peternakan yaitu kurang tersedianya bahan baku,sehingga Indonesia selalu mengimpor yang menyebabkan biayanya lebih tinggi.Iklim investasi(misalnya ekonomi biaya tinggi, proses perijinan yang lama,tidak ada penegakan hukum yang ketat).Kenaikan BBM yang meningkatkan biaya produksi peternakan. Krisis finansial global yang mengakibatkan penurunan daya beli. Kualitas SDM yang rendah karena sebagian besar peternak di Indonesia berpendidikan rendah. Keterbatasnya modal sehingga menghambat pengembangan usaha.Mewabahnya penyakit yang berkembang di beberapa daerah. 2.4. Program Pemuliaan Ternak Kebutuhan akan adanya suatu Rancangan Program Pemuliaan Ternak Nasional yang mempunyai dasar hukum telah lama dirasakan. Selanjutnya dijelaskan bahwa beberapa gagasan atau usulan telah diajukan pada masa REPELITA I sampai IV oleh Direktorat Jenderal Peternakan setiap REPELITA. Penyusunan rancangan pengembangan dan pemuliaan diperlukan analisis daya dukung wilayah. Untuk hal tersebut telah dilaksanakan penelitian potensi wilayah di seluruh Indonesia. Hasil yang diperoleh menetapkan wilayah-wilayah pengembangan dengan mengacu pada ketersediaan pakan ternak dengan perhitungan daya tampung per satuan Unit Ternak. Sampai tahun 1996 diperkirakan daya tampung sebesar 36,3 juta ST, potensi ini bervariasi antar provinsi yakni; Jawa dan Bali 55%, Sumatra 22%, Kalimantan 4%, Sulawesi 11% dan Wilayah Indonesia lainnya 8%. Peningkatan produktivitas ternak asli (native) dapat dilakukan melalui perbaikan lingkungan (mutu pakan dan tatalaksana) serta program pemuliaan. Peningkatan mutu genetik melalui program pemuliaan dapat dilakukan dengan perkawinan silang (persilangan) dan program seleksi. Seleksi dan persilangan merupakan dua metode yang dapat dilakukan dalam perbaikan mutu genetik untuk meningkatkan produktivitas ternak. Jadi secara sederhana pemuliaan ternak merupakan kombinasi antara pengaruh faktor genetik, tatalaksana pemeliharaan dan faktor keberuntungan (good luck). Dalam pembangunan peternakan ada empat komponen yang saling terkait, yaitu manusia (peternak) sebagai subjek yang harus ditingkatkan kesejahteraannya, ternak sebagai objek yang harus ditingkatkan produksi dan produktivitasnya, lahan sebagai basis ekologi budidaya dan pendukung pakan serta teknologi sebagai alat untuk meningkatkan efisiensi produktivitas usaha peternakan. 2.5. Pakan Hewani yang Aman di Konsumsi Pakan yang dibuat untuk konsumsi ternak juga harus memperhatikan aspek keamanan pangan. Karena pakan yang bagus dan bermutu tinggi akan menigkatkan produksi pangan hasil ternak (daging, telur dan susu) untuk kebutuhan konsumen. Penggunaan senyawa fisik, kimia, biologi pada pakan tidak boleh membahayakan kesehatan ternak dan konsumen produk ternak. Penggunaan hormon atau antibiotika yang berbahaya sebagai feed additive juga harus dilarang karena dapat menjadi residu pada bahan pangan hasil ternak. Penggunaan bahan baku pakan yang berasal dari organisme transgenik juga harus diperhatikan sebab dapat saja menjadi GMO (Genetically Modified Organism) pada pangan hasil ternak yang berbahaya bagi konsumen.Peraturan pakan yang berhubungan dengan keamanan pangan belum termuat pada UU No. 6 tahun 1967. Tetapi dalam revisinya tercantum pada pasal 22 ayat 1 dan 2. Sedangkan lebih jauh lagi pada Kepmen tentang pendaftaran dan labelisasi pakan. Pada Kepmen disebutkan bahwa pendaftaran dan labelisasi pakan harus memenuhi standar teknis yang telah ditetapkan pemerintah. Oleh karena itu SNI tentang pakan harus memuat kriteria-kriteria yang berimplikasi pada keamanan pangan seperti batas cemaran mikroba dan serta kandungan antibiotika sebagai feed additive.Industri pakan yang tumbuh pesat dan terintegrasi harus diiringi dengan peraturan yang menciptakan iklim yang kondusif untuk menciptakan persaingan sehat dalam aspek ekonomi. Peraturan tentang perizinan usaha, pengadaan dan distribusi pakan sudah termuat dalam revisi UU No. 6 tahun 1967. Tetapi peraturan tentang tataniaga perdagangan ekspor-impor pakan belum termuat. Hal ini justru penting sekali karena pakan, bahan baku pakan dan feed additive sering sekali dikenakan biaya cukup tinggi dalam perdagangan ekspor-impor. Sebagai contoh, karena tidak adanya penjelasan tentang definisi feed additive pada UU No. 6 tahun 1967, Departeman Keuangan RI mengenakan PPN pada produk tersebut. Karena menurut UU yang dibuat Departemen Keuangan RI, feed additive tidak masuk dalam barang strategis. Padahal feed additive ini merupakan bahan imbuhan pakan yang merupakan barang strategis. Revisi UU No. 6 tahun 1967 sudah selesai memasuki naskah akademis. Seluruhstake holder peternakan masih mempunyai kesempatan untuk memberikan masukan terhadap revisi tersebut. Khusus untuk pakan diharapkan UU tersebut merupakan UU payung untuk peraturan lainnya yang melingkupi aspek-aspek penting dalam pakan, yaitu keamanan pakan, kesehatan ternak, keamanan pangan dan ekonomi. BAB III PENUTUP 3.1. Kesimpulan Hewan ternak sebagai sumber protein hewani sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia antara lain baik untuk kecerdasan manusia, Kaya vitamin dan mineral yang mudah dicerna, Kaya akan CLA, senyawa antikolesterol dan antikanker khususnya pada daging dan susu ternak ruminansia, Kaya akan protein dengan asam amino yang seimbang, dan Mencegah Pengentalan Darah. Selain itu,hewan ternak harus di beri pakan yang aman agar produk yang dihasilkan berkualitas, seperti daging,susu,telur. Oleh karena itu, untuk mewujudkan proteim hewani yang berkualitas, peternak dan pemerintah harus mau bekerjasama demi mewujudkan SDM yang baik. DAFTAR PUSTAKA Direktorat Jenderal Peternakan. 2006. Statistik Peternakan. Direktorat Jenderal Peternakan,Jakarta. Martojo H. 1989. Pengembangan Peternakan di Sumatra dalam Menyongsong Era Tinggal Landas. Proceedings, Seminar Nasional Peternakan, 14–15 September 1988. Fakultas Peternakan, Universitas Andalas, Padang. Rusfidra. 2006. Penerapan sistem pendidikan tinggi jarak jauh untuk meningkatkan mutu SDM: sebuah bentuk inovasi industri pendidikan. Makalah dipresentasikan pada Seminar Nasional “Sistem Inovasi Nasional”, tanggal 19-20 Juli 2006. Jakarta: Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Rusfidra. 2005d. Protein hewani dan kecerdasan. Arikel Opini Harian Sinar Harapan. Jakarta 8 September 2005. Santoso, U. 2011. Ilmu Formulasi Ransum Ternak. BPFP-UNIB, Bengkulu.Pertanian RI. Warwick, E.J., J.M. Astuti dan W. Hardjosubroto. 1995. Ilmu Pemuliaan Ternak. Ed ke V. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. http://mihardjo.wordpress.com/2010/05/12/kebutuhan-protein-tubuh/ http://PERANAN PETERNAKAN MASA KINI.com/Techno Livestock/ http:// Inspirasi agribisnis Indonesia,com//Tabloid agribisnis/

0 komentar:

Posting Komentar

 
. tiyar: PERANAN TERNAK SEBAGAI SUMBER PANGAN HEWANI